PRESS RELEASE

“Program Studi Pariwisata Bahari Universitas Padjadjaran Meneguhkan Peran Akademisi dalam Pengembangan Wisata Bahari Melalui Kolaborasi Multisektor”

Marine Tourism Festival 4.0 — Talkshow & Sharing Session

Program Studi Pariwisata Bahari Universitas Padjadjaran sukses menyelenggarakan rangkaian utama Marine Tourism Festival (MTF) 4.0 pada Kamis, 4 Desember 2025 dengan mengusung tema “Under The Sea, Find Your Seaside”. Kegiatan ini menghadirkan dua sesi utama, yakni Talkshow yang berlangsung di Bale Sawala Universitas Padjadjaran, serta Sharing Session yang diselenggarakan di Lapangan PPBS UNPAD Jatinangor.

Sambutan diberikan oleh Ketua Pelaksana MTF 4.0 Naufal Muzhaffar, Dekan FPIK (diwakilkan oleh Prof. Dr. Yudi Nurul Ihsan, S.Pi., M.Si.), Dekan Sekolah Vokasi Dr. Kurniawan Saefullah, SE., M.Ec., serta perwakilan Kemenparekraf D2, sebagai Direktur Wisata Minat Khusus, Bapak Itok Parikesit STMM. Acara dilanjutkan dengan Launching  e-commerce PARI TREND (Pariwisata Bahari Technology, Research, Networking Development) dilakukan simbolis oleh Dr. Atikah Nurhayati, S.P., M.P dan Wahyuniar Pamungkas, S.E., M.EP. Pari Trend digagas oleh ketua program studi bersama tim dosen pariwisata bahari sebagai Teaching Factory yang mengkolaborasikan antara mahasiswa, kampus, mitra industri, dan masyarakat. Selanjutnya penandatanganan kerja sama dengan sejumlah mitra seperti Sekolah Diving Bandung (SDB), STIEPAR Yapari, Wanadri, PT Bahana Solution, dan Environment Tourism Social and Development Center (ETSDC). 

TALKSHOW 1 pada Marine Tourism Festival 4.0 mengangkat tema “Merancang Atraksi Bahari Tersembunyi dengan Mitra Pemerintah & Industri” dan dipandu oleh Dr. Donny Juliandri Prihadi, S.Pi., M.Sc., CPM., CBEc Tour. Sesi ini menghadirkan lima narasumber dari berbagai sektor mulai dari industri, komunitas, akademisi hingga konsultan yang bersama-sama membahas tantangan dan peluang pengembangan wisata bahari di Indonesia.

Fanny Kristiadhi dari Sekolah Diving Bandung membuka diskusi dengan menggambarkan potensi wisata selam di pulau-pulau terpencil yang belum tersentuh operator. Ia menyoroti perubahan tren wisata selam yang kini lebih menekankan pengalaman mendalam dibanding sekadar menikmati keindahan bawah laut. Menurutnya, penetapan kawasan konservasi oleh pemerintah menjadi langkah penting agar destinasi selam dapat terus berkelanjutan.

Pandangan dari sisi komunitas disampaikan oleh Kang Nana dari Wanadri. Ia menegaskan bahwa eksplorasi alam bukan hanya aktivitas petualangan, tetapi ruang pendidikan dan konservasi yang melibatkan masyarakat. Konservasi, menurutnya, mustahil berjalan tanpa dukungan ekonomi lokal. Karena itu, Wanadri mengembangkan berbagai program seperti sekolah kayak, patroli pesisir, dan pemberdayaan UMKM sebagai bentuk keterlibatan masyarakat. Empat pilar organisasi lingkungan, pendidikan, kemanusiaan, dan penjelajahan menjadi dasar dari setiap kegiatan mereka.

Dari perspektif akademik, Taufik dari STIEPAR menekankan pengaruh perubahan iklim terhadap keindahan dan stabilitas kawasan bahari. Ia menjelaskan bahwa riset berbasis data sangat penting dalam merancang atraksi wisata, termasuk bagaimana mahasiswa belajar memetakan daya dukung kawasan pesisir agar atraksi yang dikembangkan tetap relevan dan aman bagi lingkungan.

Peran digital dalam memajukan wisata bahari dijabarkan oleh Ridho dari PT Bahana Solution. Ia mencontohkan platform PariTrend sebagai inovasi yang mampu menghubungkan informasi destinasi, mengembangkan digital storytelling yang jujur, serta memperkenalkan lokasi tersembunyi kepada masyarakat yang lebih luas. Digitalisasi, menurutnya, bukan lagi pilihan, tetapi kebutuhan dalam memperkuat ekosistem promosi destinasi.

Sementara itu, Nicolaus Lumanauw, Ph.D. dari PT ETSDC menegaskan bahwa kualitas pariwisata bahari ditentukan oleh sinergi antara akademisi, pemerintah, masyarakat, dan industri. Tantangan terbesar bukan sekadar teknologi, tetapi bagaimana meningkatkan literasi, disiplin, serta budaya menulis dan belajar dalam dunia pariwisata. Ia melihat kapasitas sumber daya manusia sebagai kunci dalam memastikan destinasi berkembang secara berkelanjutan.

Diskusi ditutup dengan tanya jawab yang membahas isu konsistensi generasi muda dalam membangun bisnis wisata, ketidaksesuaian regulasi lapangan, hingga pentingnya edukasi konservasi sebagai bagian integral dari wisata bahari. Sesi ini menggarisbawahi bahwa pengembangan wisata bahari membutuhkan riset kuat, konservasi, pemberdayaan masyarakat, digitalisasi, serta kolaborasi lintas sektor demi menghadapi tantangan perubahan iklim dan keterbatasan akses kawasan terpencil.

TALKSHOW 2 bertema “Perspektif Akademisi dalam Pengembangan Destinasi Bahari Tersembunyi dalam Riset Inovasi” dipandu oleh Sheila Zalesha, S.Kel., M.I.L. Sesi ini memperdalam peran akademisi dalam mengembangkan destinasi bahari tersembunyi atau hidden gem.

Wahyuniar Pamungkas membuka diskusi dengan menjelaskan bagaimana sebuah destinasi dapat dikategorikan sebagai hidden gem dari kacamata akademisi. Ia memaparkan kebutuhan pasar, daya tarik, hingga pertimbangan daya tampung kawasan. Risiko overtourism menurutnya menjadi ancaman nyata apabila pengembangan tidak dilakukan secara hati-hati.

Dr. Ine Maulina melanjutkan dengan membahas inovasi dalam pengembangan kawasan pesisir melalui pembaruan atraksi, amenitas, aksesibilitas, serta kelembagaan. Ia menekankan bahwa pilar ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan harus terjaga seimbang, dan inovasi tidak boleh sekadar mengandalkan tren viral tanpa dasar riset yang kuat.

Selanjutnya, Dr. Ir. Iwang Gumilar mengangkat isu penting tentang kebijakan ruang laut. Ia menyoroti bagaimana zonasi, komoditas unggul, dan keberlanjutan harus menjadi dasar dalam merancang destinasi bahari. Kasus seperti Bali dan Pangandaran menunjukkan kompleksitas tarik-menarik kepentingan ruang laut. Ia kembali menegaskan bahwa pulau secara hukum tidak boleh diperjualbelikan, sehingga pengembangan harus mengikuti aturan tata ruang.

Eka Kurnia Firmansyah kemudian menekankan peran masyarakat lokal sebagai penjaga kearifan pesisir. Tradisi seperti sedekah laut dan aturan adat menjadi identitas yang tidak boleh hilang dalam proses pengembangan wisata. Menurutnya, masyarakat harus menjadi motor utama pengelolaan wisata agar keberlanjutan benar-benar tercapai.

Dari talkshow ini mengemuka bahwa hidden gem bahari perlu dikembangkan secara holistik dengan mempertimbangkan konservasi, kapasitas kawasan, dinamika pasar, serta kebijakan ruang laut. Pelestarian budaya lokal dan riset akademis menjadi fondasi penting untuk menjaga keberlanjutan destinasi.

Pada SHARING SESSION yang berlangsung di Lapang PPBS UNPAD dengan tema “Gambaran Identitas & Bidang Kerja Mitra Kolaborasi”, mahasiswa diperkenalkan pada berbagai mitra profesional yang menjadi bagian dari ekosistem industri pariwisata bahari.

Wahyuniar Pamungkas memperkenalkan Pari Trend sebagai platform yang hadir untuk menjembatani kebutuhan industri dalam menerima mahasiswa sebagai tenaga kerja. Melalui program pelatihan, ruang praktik, dan inkubasi ide, Pari Trend berfungsi sebagai laboratorium yang membantu mahasiswa memahami bagaimana produk dan jasa pariwisata dapat dikembangkan.

Ardiansyah Putra dari Armey Custom kemudian memaparkan peran perusahaannya dalam menyediakan merchandise, percetakan, serta kebutuhan branding destinasi. Kolaborasi ini memperlihatkan bagaimana sektor kreatif mendukung industri pariwisata dalam memperkuat identitas visual dan pemasaran suatu destinasi.

Sesi ditutup oleh Fanny Kristiadhi dari Sekolah Diving Bandung yang menjelaskan sejarah lembaganya yang berawal dari kegiatan riset kampus hingga kini menjadi institusi profesional di bidang rekreasional diving, inspeksi bawah air, dan penelitian ilmiah. Ia menekankan pentingnya kesiapan fisik dan mental dalam kegiatan penyelaman sebagai bentuk keselamatan dan tanggung jawab lingkungan.

Melalui sesi berbagi ini, mahasiswa memperoleh gambaran lebih konkret mengenai dunia kerja, peluang kolaborasi, serta jaringan profesional yang dapat mendukung pengembangan kompetensi mereka di bidang pariwisata bahari. 

Selain talkshow dan sharing session, MTF 4.0 juga diramaikan oleh penampilan seni dari mahasiswa Pariwisata Bahari.




 

Komentar

Postingan populer dari blog ini